RSS

Category Archives: Opini

Momentum Selat Hormuz untuk Diversifikasi Energi

Saat ini kondisi di Selat Hormuz tengah memanas. Amerika Serikat dan Iran tengah bersitegang di kawasan tersebut. Dari hari kehari, ketegangan di kawasan ini semakin meningkat. Kekhawatiran penggunaan senjata alias perang menjadi peluru bagi para spekulan untuk membuat harga minyak dunia bergejolak.

Pada titik inilah tergambar dengan jelas bahwa harga minyak dunia secara kasat mata tidak hanya bergantung pada hukum ekonomi konvensional yang membandingkan permintaan dan penawaran semata. Saat ini kita bisa melihat gambaran yang sangat jelas hubungan kondisi geopolitik dengan gejolak harga minyak dunia.

Selat Hormuz merupakan selat yang sangat sibuk bagi perdagangan komoditi minyak ke seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 20 % transaksi minyak dunia melalui selat ini. Hal ini pula yg menjadikan gejolak di Selat Hormuz menjadi sangat sensitif. Selain itu resesi ekonomi yang mengancam dunia saat ini semakin memperburuk suasana.

Kondisi seperti inilah, yang menurut penulis, seharusnya menjadi momen yang baik bagi para pemimpin dunia, khususnya Indonesia, untuk kembali memikirkan bahwa ketergantungan pada satu sumber energi akan berdampak buruk bagi perekonomian suatu bangsa. Penulis berpandangan bahwa diversivikasi energi menjadi sangat penting bagi suatu bangsa untuk tetap mandiri. Bangsa yang mandiri akan menjamin kemakmuran rakyatnya. Semoga.

 
Leave a comment

Posted by on January 15, 2012 in Opini

 

Pertamax untuk Mobil Pribadi

Saat ini publik tengah menanti tanggal 1 April 2012 dimana program pemerintah yang melarang mobil pribadi menggunakan premium akan dijalankan. Selain publik, PT Pertamina yang saat ini masih menjadi distributor BBM terbesar di Indonesia juga tengah sibuk mempersiapkan pasokan pertamax dan infrastruktur pendukungnya.

Jika dilihat, kebijakan pemerintah untuk melarang mobil pribadi menggunakan premium cenderung berlandasan pada alasan politik dibandingkan pada alasan ekonomi. Sepertinya pemerintah tidak mau mengambil resiko atas keputusan kebijakannya dengan menaikkan harga premium. Padahal, jika dilihat dari neraca APBN saat ini, perbedaan harga premium yang harus ditutupi subsidi sudah sangat besar. Jika ditinjau dari hitung-hitungan ekonomi tentu saja menaikkan harga adalah pilihan rasional. Mengapa? Dengan menaikkan harga maka komponen subsidi dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan yang lain yang lebih baik. Selain itu, menaikkan harga BBM akan menjadikan acuan masyarakat untuk berhemat. Memang, ada efek psikologis yang harus diperhatikan ketika harga BBM dinaikkan, yaitu kenaikan harga-harga. Untuk mengantisipasinya, pemerintah sebenarnya dapat menjalankan solusi dengan menyediakan alternatif pengganti premium seperti bahan bakar gas. Semua hal tersebut harus dilakukan secara bersamaan.

Meskipun merupakan pilihan yang cenderung politis, keputusan untuk melarang mobil pribadi menggunakan premium merupakan salah satu pilihan yang ada yang dapat ditempuh oleh pemerintah. Pilihan ini akan menjadi acuan untuk kita lebih peduli pada penghematan BBM. Penulis berharap, kebijakan tersebut tidak hanya berhenti pada tanggal 1 April saja. Seyogyanya pemerintah juga perlu memikirkan terobosan kebijakan yang lain yang bermuara pada diversifikasi bahan bakar. Sehingga masyarakat disediakan banyak pilihan terhadap kebutuhannya akan bahan bakar.

Penulis berharap, kebijakan energi kita akan selalu berpihak pada masa depan. Semoga.

 
Leave a comment

Posted by on January 8, 2012 in Opini

 

Ada Apa dengan West Madura?

West Madura, sebuah blok eksploitasi migas di lepas pantai Jawa Timur menjadi pemberitaan yang hangat akhir-akhir ini. Saat ini, West Madura sahamnya dimilki oleh 5 perusahaan yaitu Pertamina (50%), Kodeco (12,5%), CNOOC (12,5%), Sinergindo (12,5%), dan Pure Link (12,5%). Tempo interaktif (22/4) mengabarkan bahwa pengalihan saham Kodeco dan CNOOC kepada Sinergindo dan Pure Link dinilai janggal. Hal ini disebabkan pengalihan saham terjadi menjelang 2 bulan lagi pengakhiran kontrak kerja pada tanggal 7 Mei 2011. Seperti diketahui bahwa kontrak blok West Madura dilakukan pada tanggal 7 Mei 1983 dan akan berakhir pada tanggal 7 Mei 2011.

BP Migas sebagai pengelola kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia telah merekomendasikan kepada pemerintah bahwa PT Pertamina memegang saham sebesar 60 % berdasarkan hasil rapat pada tanggal 13 April 2011. Selain itu, BP Migas juga merekomendasikan agar PT Pertamina ditunjuk sebagai operator selama tiga tahun. Setelah tiga tahun, kinerjanya dievaluasi. Apabila ternyata kinerjanya cukup baik, maka PT Pertamina ditetapkan sebagai operator selanjutnya.

Saat ini, blok West Madura memproduksi minyak bumi sebanyak 13.000 barrel perhari dari semula 19.000 barrel perhari. Inilah yang menjadi tantangan operator yang akan datang untuk meningkatkan kembali poduksi minyak bumi di blok West Madura.

Sumber: Tempo Interaktif, Kompas, yahoo

 
Leave a comment

Posted by on May 1, 2011 in Opini