RSS

Edelweiss Tambora

26 Apr

21 April 2012, pagi itu aku masih berkutat untuk melakukan rutinitas. Rutinitas yang hambar, tidak seperti rutinitas ketika diriku berada bersama-sama dirimu.

Siangpun menjelang. Aku berangkat pulang menuju Bandung. Kota yang, aku yakin, menyimpan banyak cerita bagi dirimu. Rasa kantuk di dalam bis mengingatkanku akan rasa kantukmu ketika kami bersama-sama pergi ke Anyar, Banten. Ketika itu dirimu bersama kami serombongan melakukan survey sekaligus berlibur. Betapa kami melihat kesederhanaanmu pada waktu itu. Dirimu hanya berbekal uang Rp 80.000,- pergi bersama kami. Masih teringat dalam ingatanku, yang tentu saja tak setajam ingatan dirimu, dirimu berkata “Aku hanya bawa uang Rp. 80.000,- untuk pulang ke Jakarta dengan Travel”.

Bis ku pun semakin melaju mendekati kota Rembang. Ketika itu aku coba menghilangkan jenuhku dengan membuka twitter. Disitu, aku menemukan tulisan bahwa dirimu dalam keadaan kritis di Tambora. Sejenak aku tertegun, aku berharap bahwa semua berita itu hanya hoax. Setelah itu, semakin banyak twitt yang mengabarkan tentang keberadaanmu yang kritis. Aku pun semakin khawatir. Tak lama kemudian, istriku memberitahukan berita bahwa dirimu telah dipanggil pulang oleh Kekasihmu. Betapa terpukulnya aku.

Masih ingat dalam benakku, ketika kami semua kelaparan ketika baru saja masuk tol dalam kota Jakarta. Kita tenang saja karena mengira dirimu akan mengajak kita makan, setidaknya ke rumahmu yang sampai hari ini belum pernah aku kunjungi. Dirimu pun kemudian menelpon anak didikmu dan betapa senangnya ketika dirimu dikabari bahwa kita akan makan siang di kantin Deperin.

Setelah itu, kami pun bersama dirimu pergi ke Anyar hingga sampai di Anyar sore hari. Masih ingatkah dirimu ketika merajuk anak didikmu untuk segera makan sebelum kita mencari penginapan? Hehe…aku ingat betul. Disitu betapa tergambar bahwa dirimu sangat dekat dengan anak didikmu. Engkau yang tidak menyukai daging merahpun akhirnya menemukan makanan kegemaranmu, yaitu ikan laut. Akhirnya kami makan bersama…

Itulah kebersamaan yang paling aku ingat akan dirimu. Betapa kesederhanaan terlihat dari dirimu dibalik kehabatan ilmumu yang selalu aku dengar.

Mendadak aku kembali tersadar, Bisku sudah memasuki kota Pati. Di kota itu aku mendapat konfirmasi yang valid bahwa dirimu telah bersama Kekasihmu. Kekasih sejatimu.

Itulah dirimu wahai edelweiss. Edelweiss yang akan selalu menghiasi Tambora. Tempatmu bermain. Kami akan selalu merindukan dirimu, Prof. Widjajono Partowidagdo.

Dariku, pengagummu.

 
Leave a comment

Posted by on April 26, 2012 in In Memoriam Pak Wid

 

Leave a comment