RSS

RI Simpan Gas Metana Batubara Terbesar Ke-6 di Dunia

11 Oct

Jakarta – Sumber daya energi di Indonesia sangat besar jumlahnya namun belum optimal digali. Indonesia mempunyai cadangan gas metana batubara (CBM) terbesar ke-6 di dunia.

Dirjen Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo mengatakan cadangan CBM Indonesia saat ini mencapai 453 triliun cubic feet (TCF) yang tersebar di 11 cekungan.

Besarnya cadangan tersebut membuat Indonesia masuk nomor enam di dunia yang memiliki cadangan CBM besar. Nomor satu ditempati Rusia dengan cadangan 450-2.000 TCF.

“Diharapkan pada tahun 2011, sudah dapat dihasilkan listrik dari CBM. Sementara LNG dari CBM ditargetkan tercapai pada tahun 2014,” kata Evita seperti dikutip dari situs Ditjen Migas, Selasa (11/10/2011).

Menurut Evita berdasarkan evaluasi yang dilakukan Advanced Resources International, Inc (ARI) tahun 2003, Indonesia memiliki cadangan CBM sekitar 400-453 TCF dan menempati posisi ke 6 di dunia.

Berikut hasil evaluasi ARI mengenai cadangan CBM di dunia:

  1. Rusia: 450-2.000 TCF
  2. China: 700-1.270 TCF
  3. Amerika Serikat: 500-1.500 TCF
  4. Australia/New Zealand: 500-1.000 TCF
  5. Kanada: 360-460 TCF
  6. Indonesia: 400-453 TCF
  7. Afrika bagian Selatan: 90-220 TCF
  8. Eropa bagian Barat: 200 TCF
  9. Ukraina: 170 TCF
  10. Turki: 50-110 TCF
  11. India: 70-90 TCF
  12. Kazakhstan: 40-60 TCF
  13. Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF
  14. Polandia: 20-50 TCF.

Cadangan CBM Indonesia paling besar terdapat di Sumatera Selatan sebesar 183 TCF, Barito 101,6 TCF, Kutai 80,4 TCF, dan Sumatera Tengah 52,5 TCF.

Pilot project CBM telah dilakukan Lemigas di Lapangan Rambutan pada 2004. Kontrak kerjasama CBM pertama dilakukan di 2008 dan hingga September 2009, telah ditandatangani 39 KKS CBM.

CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika.

CBM sama seperti gas alam conventional yang kita kenal saat ini, namun perbedaannya adalah CBM berasosiasi dengan batu bara sebagai source rock dan reservoir-nya. Sedangkan gas alam yang kita kenal, walaupun sebagian ada yang bersumber dari batu bara, diproduksikan dari reservoir pasir, gamping maupun rekahan batuan beku.
Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara penambangannya di mana reservoir CBM harus direkayasa terlebih dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan.

CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara (sebagai reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya. Proses rekayasa diawali dengan memproduksi air (dewatering) agar terjadi perubahan kesetimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas batubara akan keluar dari matriks batubaranya.

Gas metana kemudian akan mengalir melalui rekahan batubara (cleat) dan akhirnya keluar menuju lobang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2 sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih lambat dari gas alam konvensional.
(dnl/hen)

Sumber: http://www.detik.com

 
Leave a comment

Posted by on October 11, 2011 in Berita Energi dan Lingkungan

 

Leave a comment